Beranda | Artikel
Aqidah Fondasi Amal
Sabtu, 13 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Aqidah Fondasi Amal merupakan rekaman ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy dalam pembahasan Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad karya Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada 21 Dzul Qa’idah 1439 H / 03 Agustus 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad

Status program kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download mp3 kajian sebelumnya: Aqidah Shahihah Sumber Berbagai Macam Anugerah

Kajian Tentang Aqidah Fondasi Amal – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad

Setiap muslim wajib mempelajari aqidah Islamiyyah agar memahami maknanya untuk kemudian diwujudkan, diamalkan, diaplikasikan. Dan juga mempelajari hal yang sebaliknya dari aqidah. Agar kita terjaga dari kekeliruan didalam beraqidah. Mengetahui apa yang bisa membatalkan aqidah kita, apa yang bisa mengurangi aqidah kita, baik itu syirik besar, syirik kecil, kufur besar, kufur kecil, nifaq besar, nifaq kecil, atau hal yang bisa mengurangi nilai dari aqidah kita apalagi membatalkannya.

Perintah Mempelajari Aqidah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللَّـهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ ﴿١٩﴾

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad[47]: 19)

Perintah pertama dalam ayat di atas adalah belajar. Dan hal pertama yang harus dipelajari adalah kalimat tauhid. Inilah aqidah yang paling mendasar.  Baru perintah kedua adalah beramal. Dan amal yang diperintahkan adalah istighfar.

Ilmu dan Amal

Imam Bukhari berkata didalam kitab shahih Bukhari ketika menjelaskan tentang keutamaan ilmu. Beliau menyatakan bahwa ilmu harus didahulukan dari pada berucap dan beramal. Sehingga ucapan dan amalan kita didasarkan kepada ilmu. Kalau didasarkan pada ilmu, pasti bisa dipertanggungjawabkan dunia maupun akhirat. Lalu Imam Bukhari menurunkan dalil atas ucapannya itu dengan Surat Muhammad ayat ke-19 di atas.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah dalam kitab Fathul Bari syarah shahih Bukhari ketika mengomentari ucapan Imam Bukhari di atas, bahwa maksud Imam Bukhari adalah bahwa ilmu menjadi syarat benarnya ucapan dan amalan. Ucapan dianggap benar kalau didasarkan kepada ilmu. Ada landasan ilmiahnya yang bisa dijadikan sebagai pegangan. Begitu juga dengan amal. Kalau ayat atau haditsnya benar dan pemahaman dari ayat dan hadits itu benar, maka benarlah amalan yang didasarkan kepada ayat dan hadits tadi. Ucapan dan amalan apapun tidak boleh dianggap atau dilirik kecuali ucapan dan amalan yang didasarkan pada ilmu. Ilmu lah yang membuat niat menjadi benar. Sedangkan benarnya niat bisa menjadi benarnya amalan.

Jika ada orang yang tidak berilmu, maka sangat mungkin dia meletakkan niat yang salah ketika beramal. Dia berniat bukan untuk Allah, tapi untuk dunia. Bisa jadi amalan yang dikerjakan adalah amalan akhirat seperti shalat, puasa, infaq atau sedekah tapi untuk tujuan duniawi. Baik tujuan duniawi itu untuk memperoleh uang, jabatan, popularitas, pujian orang, atau yang lainnya. Salah satu penyebab salahnya niat ini karena ketidaktahuan dia. Dia sangka hal itu diperbolehkan.

Ada juga orang yang rajin tahajud, rajin puasa senin kamis, rajin berdzikir dan membaca Al-Qur’an. Ketika ditanya, ternyata niatnya adalah agar cepat mendapatkan jodoh. Niat ini adalah untuk perkara dunia dan tidak ada keikhlasan.

Ilmu membuat niat dalam ibadah menjadi benar dan benarnya niat menjadi penyebab diterimanya amalan tersebut. Bila niatnya salah, amalan itu tertolak. Allah paling tidak suka kalau Dia diduakan dalam hal niat ketika beramal. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam salah satu hadits qudsi:

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ؛ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Telah berfirman Allah tabaraka wa ta’ala (Yang Maha Suci dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku dalam amalan itu, maka Aku meninggalkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Maka siapa orang yang mengamalkan satu amalan tapi dia membagi dua niatnya, sebagian untuk Allah dan sebagian untuk dunia, maka Allah akan meninggalkan orang itu dan meninggalkan perbuatan syiriknya. Dari sini kita bisa melihat bagaimana pentingnya ilmu sebelum berucap dan beramal. Dimana ilmu menjadi faktor utama benarnya niat.

Aqidah adalah Induk Seluruh Ilmu

Para ahli ilmu memberikan perhatian yang besar untuk mempelajari hukum-hukum aqidah lalu mengajarkannya dan menganggap bahwa aqidah adalah induk seluruh ilmu. Ilmu yang paling penting bagi manusia adalah ilmu agama dibandingkan dengan ilmu dunia apapun. Dan ilmu agama yang terpenting adalah ilmu aqidah. Oleh karena itu aqidah haruslah kuat, harus kokoh, harus tertanam secara mendalam.

Ilmu yang paling penting dalam agama ini adalah ilmu aqidah. Bahkan lebih penting dari pada ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih dan yang lain-lainnya. Oleh karena itulah banyak para ulama yang menyusun kitab-kitab yang dikhususkan tentang aqidah. Mereka merinci hukum-hukum yang berkaitan dengan aqidah. Mereka juga menjelaskan itisari dari aqidah. Bahkan menjelaskan apa yang bisa merusak aqidah untuk dihindari.

Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Aqidah Fondasi Amal – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44859-aqidah-fondasi-amal/